Pundakku terasa begitu berat, aku tak benar-benar yakin sejak kapan
Penat menghimpitku di antara dinding dinding kegelisahan dan kesedihan
Aku seperti matahari di ujung senja, separuh siang, separuh malam, terbenam di antara asa dan putus asa, harapan dan kegagalan
Di sini, di dermaga ini, aku tak bisa menghapus jelaga bayangmu, yang terus membusung ronta menjadi bebatu yang tak henti hantami rindu
Aku masih ingat, di saat tak ada lagi yang dapat ku sebut pelangi, hanya dirimu bingkai sutera yang dapat memberi warna pada langitku. Pada endusan awan dan pusaran kebekuan mentaripun, tak ada lagi yang dapat menyisakan gelombang selain engkau, yang mampu menyabit getar-getar badai. Dan engkau pula yang mampu mengejar musim yang berlari menapaki tepi di dasar hatiku. Di sini
Tapi semuanya telah jauh dari jangkauan, sejauh waktuku menanti
Aku tenggelam dalam kecemasan
Aku tertidur dalam kelelahan
Kadang aku bertanya, dapatkah kau hirup napas cinta yang ku hembuskan? Ataukah lenyap begitu saja bersama bayu? Dan akhirnya tak tersisa lagi cinta dalam paru-paru hatiku. Karena cinta yang kuberikan untukmu adalah satu-satunya cinta yang kusimpan
Adakah yang dapat ku lakukan selain berlari ke laut dan mendengar kidungan ombak nan indah. Duduk di sana dan merasakan belaian angin menusuk persendianku
Meski esok terkadang hanya kelam yang memanjang
Aku bercumbu dengan resah di penghujung subuh
Mengobarkan cinta yang mengabur biru
Di sini aku menanti sapaan fajar, yang akan mengapit tanganku, membawaku melayang di antara birunya langit dan bias-bias hangat sinarnya, dan kemudian terjun ke dasar biru serupa terumbu
Aku takkan menyesal, walau aku akan menjadi ikan yang berenang bebas di birunya samudra
Kelak, jika kau ke laut dan bertemu dengan ikan kecil yang berenang di antara anggunnya terumbu karang, mungkin itulah aku, kekasih...
Penat menghimpitku di antara dinding dinding kegelisahan dan kesedihan
Aku seperti matahari di ujung senja, separuh siang, separuh malam, terbenam di antara asa dan putus asa, harapan dan kegagalan
Di sini, di dermaga ini, aku tak bisa menghapus jelaga bayangmu, yang terus membusung ronta menjadi bebatu yang tak henti hantami rindu
Aku masih ingat, di saat tak ada lagi yang dapat ku sebut pelangi, hanya dirimu bingkai sutera yang dapat memberi warna pada langitku. Pada endusan awan dan pusaran kebekuan mentaripun, tak ada lagi yang dapat menyisakan gelombang selain engkau, yang mampu menyabit getar-getar badai. Dan engkau pula yang mampu mengejar musim yang berlari menapaki tepi di dasar hatiku. Di sini
Tapi semuanya telah jauh dari jangkauan, sejauh waktuku menanti
Aku tenggelam dalam kecemasan
Aku tertidur dalam kelelahan
Kadang aku bertanya, dapatkah kau hirup napas cinta yang ku hembuskan? Ataukah lenyap begitu saja bersama bayu? Dan akhirnya tak tersisa lagi cinta dalam paru-paru hatiku. Karena cinta yang kuberikan untukmu adalah satu-satunya cinta yang kusimpan
Adakah yang dapat ku lakukan selain berlari ke laut dan mendengar kidungan ombak nan indah. Duduk di sana dan merasakan belaian angin menusuk persendianku
Meski esok terkadang hanya kelam yang memanjang
Aku bercumbu dengan resah di penghujung subuh
Mengobarkan cinta yang mengabur biru
Di sini aku menanti sapaan fajar, yang akan mengapit tanganku, membawaku melayang di antara birunya langit dan bias-bias hangat sinarnya, dan kemudian terjun ke dasar biru serupa terumbu
Aku takkan menyesal, walau aku akan menjadi ikan yang berenang bebas di birunya samudra
Kelak, jika kau ke laut dan bertemu dengan ikan kecil yang berenang di antara anggunnya terumbu karang, mungkin itulah aku, kekasih...
tHanKs tO A-mEy, yaNg uDah kaSih InsPiRasI
No comments:
Post a Comment